Monday, March 19, 2012

TENTANG ULAR DERIK

Peneliti Spanyol, Amerika, dan Meksiko berhasil membuat deskripsi kuantitatif pertama tentang kanibalisme di antara ular derik (Crotalus polystictus) betina setelah memantau 190 ekor reptil itu. Studi tersebut memperlihatkan bahwa setelah melahirkan, binatang itu rata-rata melahap 11 persen telur maupun bayi yang mati. Perilaku kanibalisme ini dilakukan untuk memperoleh kembali energi untuk reproduksi selanjutnya.
Para ilmuwan tersebut memulai studi pada 2004 untuk mengumpulkan informasi tentang kanibalisme pada ular derik. Studi dilanjutkan kembali selama tiga tahun di Meksiko tengah, daerah endemik ular tersebut. Mereka meneliti perilaku kanibalisme itu pada 190 betina yang memiliki 239 kelompok telur, dan menemukan bahwa fenomena ini terbukti membuat induk ular pulih dan bisa memperoleh kekuatannya kembali.

 


"Seekor ular derik betina kanibal bisa mengembalikan tenaganya yang hilang karena bereproduksi tanpa perlu berburu makanan dan menguras energi," kata Estrella Mociño dan Kirk Setser, peneliti utama sekaligus ilmuwan di University of Granada di Spanyol.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Animal Behaviour terbaru itu memperlihatkan bahwa kanibalisme pada spesies tersebut adalah hasil evolusioner dari perilaku makannya. Ular ini biasa menunggu mangsanya mati membusuk beberapa saat sebelum melahapnya.

 


"Umumnya ular Viperid biasa memakan bangkai, sehingga tak aneh bila mereka mengkonsumsi telur dan anak yang mati setelah mengeluarkan energi yang begitu besar," kata Mociño.
Perilaku ini dapat dijelaskan oleh empat faktor biologis. Hari kelahiran amat mempengaruhi, karena betina yang melahirkan pada akhir Juli kemungkinan besar melakukan kanibalisme karena mereka tak punya waktu untuk makan dan mempersiapkan diri untuk bereproduksi.
 
Proporsi bayi yang mati dalam satu kelompok dan tingkat investasi induk juga dua faktor berpengaruh. Sebab, makin banyak telurnya, makin besar pula kemungkinan adanya telur dan anak mati yang akan dimakan si induk. Stres karena terkurung dalam sangkar juga punya andil dalam perilaku itu.

10 Jenis Ular Paling Berbisa


Fierce Snake atau Inland Taipan (Oxyuranus microlepidotus ). Hidup di Australia, ini adalah ular yang paling mematikan didunia. Bisanya yang 11 omg bisa untuk membunuh 100 orang atau 250.000 tikus. Bisa ular paling mematikan didunia ini setara dengan 750 kali ular kobra!

Australian Brown Snake (Pseudonaja textilis ). Hidup di Australia, Papu Nugini dan Indonesia. satu per empatbelas ribu bisanya sanggup untuk membunuh manusia. Ular berbisa ini sanggup bergerak cepat dan sangat agresif.

Malayan or Blue Krait (Bungarus candidus ), ular berbisa ini ditemukan di Asia. Bisa nya sama mematikan atau setara dengan 15 kali bisa kobra.

Taipan (Oxyuranus scutellatus ), ular ini di temukan di Australia.

Tiger Snake (Notechis scutatus ), ular ini di temukan Australia.

Coral Snake (Micrurus fulvius ), ular ini ditemukan di Amerika Utara.

Boomslang (Dispholidus typus ), ular ini di temukan di Africa.

Death Adder (Acanthopis antarcticus ), ular berbisa ini dijumpai di Australia and Papua nugini.

Cara Membedakan Ular Berbisa dan Yang Tidak Berbisa


Sebetulnya semua Ular itu mengandung racun/Bisa tetapi dari segi sifat racunnya yang Bisa membunuh /berbahaya atau tidak,jenis Ular itu dibedakan menjadi ular berbisa rendah dengan Ular berBisa tinggi(kalau orang awam sih tetap menyebut ular berbisa rendah dengan sebutan tidak berBisa karena tidak berakibat fatal). Kenapa dikatakan demikian?. karena ular adalah hewan pemakan daging/karnivora,jadi meskipun dia tidak berbahaya,dia tetap memakan daging yang pastinya mengandung bakteri didalam mulutnya untuk mempercepat pencernaan makanannya.

Jika kita mengamati dengan teliti, ada beberapa hal yang dapat membedakan ular yang berbisa tinggi dan berbisa rendah. Beberapa ciri dibawah adalah petunjuk umum yang Bisa digunakan, meskipun belum secara tepat menunjukkan tingkatan Bisa ular.

A.Ciri-ciri Ular Berbisa Rendah (disebut banyak orang tidak berBisa sih)

- Gerakannya cepat, takut pada musuh, agresif
- Beraktifitas pada siang hari (diurnal)
- Membunuh mangsanya dengan membelit
- Bentuk kepalanya bulat telur (oval),pupil mata juga bulat
- Tidak memiliki taringBisa
- Gigitannya tidak mematikan
- Setelah menggigit langsung lari
- Mempunyai sisik ekor terbagi dibagian bawah


B.Ciri-ciri Ular berBisa Tinggi (ilmunya udah tinggi kali ya sob?)

- Gerakannya lambat, tenang, penuh percaya diri (elegan gan)
- Beraktifitas pada malam hari (nocturnal)
- Membunuh mangsanya dengan menyuntikkan Bisa
- Bentuk kepalanya cenderung segitiga sempurna
(semakin sempurna semakin berBisa),matanya lonjong
- Memiliki taring Bisa, racun mematikan
- Kanibal/suka makan sesama (bukan suka ama sesama ya)
- Setelah menggigit, masih tinggal ditempat
- sisik dibawah ekor tidak terbagi dua

Pengecualian !
Ada beberapa ciri diatas yang berlawanan dengan sifat asli berbagai jenis ular berikut Ini

- Ular Kobra (Naja naja sputratix)- berBisa tinggi, tetapi kepala oval, gerakan tenang
- Ular King Kobra(Ophiophagus hannah )-kepala oval, agresif, siang dan malam tapi berBisatinggi
- Ular weling (Bungarus candidus)- kepala oval, berBisa tinggi
- Ular welang (Bungarus fasciatus)- kepala oval, gerakan tenang, berBisa tinggi
- Ular picung/pudak seruni - berBisa tinggi, kepala oval tapi gerakannya gesit, keluar siang hari.
- Semua jenis ular laut, berBisa, gerakan lamban di pasir/pantai
- Semua jenis ular phyton dan ular boa, tidak berBisa, cari makan malam hari.

7 Hewan yang Paling Ditakuti Ular


Sebagian dari kita mungkin bakalan ngibrit kalau ketemu sama yang namanya ular di alam liar, dengan title sebagai hewan yang memiliki bisa yang sangat berbahaya membuat kita harus menjaga jarak dengan mahluk melata ini, dan seakan-akan ular adalah binatang yang menduduki peringkat pertama sebuah rantai makanan. tapi taukahkamu ternyata ular juga memiliki musuh alami di alam liar, dan inilah 7 musuh ular paling ditakuti.

LANDAK
 
Sulit dibayangkan memang ular akan kalah oleh binatang yang lambat dan lemah seperti landak. landak dengan mudah dapat membunuh seekor ular viper. Landak memiliki tameng dari duri.Duri-duri landak tersebut amat sangat berbahaya bagi ular. Ular akan terluka parah dan ketika ular sudah lemah landak akan menggigit leher ular beberapa kali dan gigitan terakhir akan meremukkan tulang belakang ular. Landak dapat mentolelirdosis racun arsenik yang jika dicobakan pada manusia bisa membunuh 25 orang. Namun landak juga dapat mati jika digigit ular pada bagian tertentu. Moncong landak adalah bagian terlemah dari landak.

LUAK
 
Luak sangat terkenal karena kemampuan mereka membunuh ular. Luak akan menyambar ular pada bagian belakang kepala ular dan akan menggigitnya dengan rahang mereka yang kuat. Ular dengan panjang 1,5 m bisa dihabiskan Luak dalam waktu 15 menit. Luak kebal terhadap bisa cobra yang sangat neurotoksik bagi manusia. Luak akan sedikit pingsan jika digigit ular berbisa namun setelah sadar luak akan segera memakan ular tersebut. Karnivora ganas ini terkenal dengan sebutan pemburu ular.

MONGOOSES
 
Mongooses (sejenis musang) melumpuhkan ular dengan pandangan mereka (kayak hipnotis saja hihihihi) setelah ular tidak bergerak secepat kilat musang akan menggigit ular tepat di kepalanya dengan rahangnya yang kuat. musang memiliki lapisan kulit yang tebal sehingga bisa ular tidak mudah masuk ke tubuh mereka. Mongoose dapat membunuh ular kobra sepanjang 3 m. namun moongoose tidaklah sepenuhnya kebal akan bisa ular.
Mongoose memerlukan waktu beberapa jam untuk memulihkan kekuatannya setelah terkena bisa ular. setelah mongoose pulih kekuatannya biasanya dia akan menyerang ular itu kembali dan memakan ular tersebut. Kepala ular akan menjadi santapan pertama kali.

BURUNG SEKRETARIS
 
Disebut burung sekretaris karena dia memiliki seberkas bulu ditengkuk yang menyerupai sekretaris tua yang menyelipkan pensil ditelinga mereka. Burung Sekretaris biasanya membunuh ular dengan menendangnya dengan kuat karena burung sekretaris memilikikaki panjang dan kuat. Jika tidak bisa membuuh ular di tanah, burung sekretaris akan membawa ular ke udara dan melemparkannya ke batu.

ULAR PEMAKAN ULAR
 
Ada ular yang memakan speisesnay sendiri! Mereka adalah ular Musaran (Clelia) dari Amerika Selatan. Dan tentunya adalah ular King Kobra. King Kobra adalah ular berbisa terbesar didunia, panjangnya bisa mencapai 5,5 m. Nama ilmiahnya saja Ophiophagus yang berarti pemakan ular dan mangsa yang paling disukai King Kobra adalah….ular Kobra! Sungguh ular yang durhaka! Di Amerika utara King Kobra juga suka memangsa ular berbisa lainnya yaitu ular derik (rattler). King kobra kebal akan bisa ular derik.

BURUNG RAPTOR
 
Burung Raptor atau Elang ular. Burung ini mendiami daerah Eropa,Asia dan Afrika. Mangsa favorit mereka adalah ular.

ARMADILLOS
 
Armadillos membunuh ular dengan cara menabrakkan diri mereka pada ular sehingga ular tersebut terpotong oleh cangkang Armadillos yang sangat keras dan tajam.

Saturday, March 17, 2012

10 Fakta Tentang Kucing


Kucing adalah salah satu hewan peliharaan yang populer dan telah akrab dengan kehidupan manusia. Dalam bahasa latinnya kucing mempunyai nama Felis silvestris catus. Binatang ini termasuk dalam golongan carnivora. Jadi jangan heran bila kucing mempunyai taring, karena memang aslinya kucing adalah pemakan daging. Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia semenjak 6.000 SM, dan telah sejak lama kucing digunakan untuk menjaga lumbung padi dari hama pengerat seperti tikus.

Kucing yang sekarang ada kebanyakan telah mengalami pencampuran galur, walau masih ada juga beberapa kucing yang memiliki galur murni seperti persia, angora, dll. Kucing peliharaan yang masih mempunyai galur murni biasanya dibudidayakan secara khusus untuk menjaga keaslian galur tersebut. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung.

Lalu bagaimana dengan fakta yang dapat diangkat tentang kucing, berikut 10 fakta mengenai kucing yang mungkin anda ingin ketahui :
  1. Kucing menyukai benda-benda hijau seperti rumput. Dan mereka juga suka makan rumput. hal tersebut adalah sesuatu yang alami yang tidak harus dikhawatirkan. Mereka makan rumput untuk meredakan sakit   perut, batuk, dan untuk meredakan peradangan pada tenggorokan mereka.
  2. Mereka tidak suka rasa manis. Jadi jangan kuatir kucing akan mengambil permen anda.
  3. Mereka memiliki daya penciuman yang sangat baik. Ini adalah alasan mengapa kucing tidak akan menggunakan kotak sampah kotor. Dan mereka juga memiliki pendengaran yang bagus.
  4. Kucing benci bau parfum. Mereka juga membenci aroma jeruk dan lemon.
  5. Mereka menganggap daerah yang memiliki bau amonia sebagai daerah eliminasi. Jadi, tidak dianjurkan untuk menggunakan amonia untuk membersihkan bau urin kucing.
  6. Seekor kucing mengetahui perubahan dalam suasana hati Anda, dan kadang-kadang itu akan mempengaruhi kucing Anda.
  7. Mereka menunjukkan kepercayaan mereka kepada pemilik mereka dengan mendengkur atau berguling di punggung mereka.
  8. Suhu tubuh normal kucing adalah 102 Fahrenheit.
  9. Pintu kucing ditemukan oleh Sir Isaac Newton
  10. Jangan pernah memberikan parasetamol pada kucing anda, karena hal tersebut akan sangat berbahaya buat kucing.

Cara Pemberian Pakan Pada Sapi Potong


Sapi potong adalah sapi yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya atau dikonsumsi. Jenis sapi yang paling populer di Indonesia adalah simental ataupun sapi PO ( Peranakan Ongole ). Untuk mendapatkan sapi dengan berat badan bagus diperlukan makanan yang berkualitas baik. Pada Umumnya, pakan yang dibutuhkan sapi adalah makanan hijauan ternak. Sapi potong dewasa ataupun yang masih dalam masa pertumbuhan sangat membutuhkan pakan yang memadai baik dari segi jumlah ataupun kualitas pakan.
Dalam dunia sapi potong, dikenal beberapa cara Pemberian pakan, yaitu penggembalaan ( Pasture Fattening ), Kereman ( Dry Lot Fattening ) dan menggabungkan kedua cara tersebut.

Cara pemberian pakan pada sapi potong yang paling sederhana adalah dengan cara penggembalaan, Metode ini  dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.

Pakan ternak dapat juga diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi potong dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.

Pemberian pakan sapi potong yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.

Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.

Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.

demikian sekilas tentang beberapa cara pemberian pakan pada sapi potong, semoga bermanfaat.

Mahkota dewa sebagai vaksin AI


Artina Prastiwi, seorang mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada telah menemukan sebuah penghambat laju virus Avian Influenza / flu burung (AI / H5N1), Yang lebih mengejutkan lagi, penghambat laju virus flu burung tersebut bukanlah berasal dari zat-zat kimia, melainkan berasal dari tanaman herbal bernama “mahkota dewa”. Penemuan mahkota dewa sebagai antivirus AI ini merupakan “vaksin organic pioneer di Asia” yang meraih juara pertama dalam kompetisi Masyarakat Ilmuan dan Teknologi Indonesia (MITI) Paper Challenge (MPC) 2011 yang dilangsungkan 29 Januari 2011 lalu.
mahasiswa angkatan 2007 ini menemukan bahwa ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) ternyata efektif dalam menghambat perkembangan virus avian influenza. vaksin yang dikembangkannya terbukti mampu menghambat perkembangan virus AI hingga 87 persen. Selain telah teruji dalam skala laboratorium mampu menghambat virus AI, vaksin ini juga lebih murah dibanding dengan vaksin kimia yang dijual dipasaran.
Berawal dari keresahannya akan virus avian influenza yang sempat membuat gempar dunia beberapa saat lalu, serta melihat fenomena penyebaran virus Avian Influenza di Indonesia, maka calon dokter hewan ini berusaha untuk mencari solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Kemudian dipilihlah mahlota dewa yang merupakan tanaman asli Indonesia ini. Seperti telah diketahui, mahkota dewa terbukti mampu untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap virus avian influenza. Hal tersebut didapatkan dari kandungan buah mahkota dewa yang bernama “saponin”. Selain dapat meningkatkan system kekebalan tubuh, saponin juga diketahui mempunyai fungsi sebagai antibakteri dan juga antivirus. Untuk mendapatkan senyawa saponin, Artina mengekstrak buah mahkota dewa melalui penyulingan. Cara membuat antivirus dari ekstrak mahkota dewa ini diawali dengan penimbangan sesuai dosis yang dibutuhkan. Untuk dosis 10 ml diperlukan buah mahkota dewa kering 10 gram per 100 ml air atau kelipatannya yakni 100 gram per 1000 ml. selanjutnya hal yang dilakukan adalah proses penyulingan.

Setelah mendapat ekstrak, Artina melakukan pengujian kadar saponin di laboratorium LPPT UGM. Ia melakukan pengujian kadar saponin 10 ml di LPPT UGM. Menurutnya, ekstrak mahkota dewa harus mengandung kadar saponin 10 persen. Hasil saponin yang diperoleh inilah yang digunakan sebagai bahan baku yakni sebagai pelarut suspense antigen virus AI. Lalu yang digunakan sebagai vaksin adalah ekstrak mahkota dewa tersebut. Pada awal percobaan, dilakukan uji coba pada 30 butir telur ayam berembrio. Dari hasil percobaan tersebut diketahui telur yang diberi virus AI dan diberi tambahan saponin 10 persen dari ekstrak buah mahkota dewa 0,2 ml setelah diinkubasi selama 35 hari diketahui embrio tidak mati, sehat dan tanpa bekas luka. Sementara telur yang disuntik dosis yang lebih tinggi 15 persen dan 20 persen, ternyata semua embrio mati dengan bentuk perdarahan seluruh tubuh, kekerdilan, dan cairan alantois keruh. Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian kadar saponin harus tepat, karena bila terlalu banyak justru malah akan mengakibatkan keracunan.
Selanjutnya setelah uji coba pada telur berembrio dirasa berhasil, maka percobaan selanjutnya adalah memebrikan vaksin avian influenza tersebut pada ayam. eksperimen dilakukan dengan mengujikan vaksin tersebut pada ayam usia kurang dari 21 hari. Dari hasil percobaan ini didapatkan hasil yang cukup menggembirakan, bahwa ayam-ayam yang telah divaksin buatannya, tidak ada ayam percobaan yang mengalami kematian 

Pembersihan dan Desinfeksi Kandang Ayam


Untuk mendapatkan kesuksesan dalam beternak ayam, salah satu yang memegang peranan penting adalah dalam hal biosecuritynya. Dan untuk kesuksesan biosecurity itu sendiri dibutuhkan beberapa tahapan yang harus diperhatikan. Tahap paling penting dari biosecurity unggas adalah program pembersihan dan desinfeksi kandang ayam yang dilakukan secara efektif. Tujuan utamanya adalah untuk menurunkan bakteri pathogen (agen penyebab penyakit di lapangan). Dengan demikian diharapkan dapat menurunkan potensi terjadinya penyakit di peternakan. Program ini harus dilakukan setelah kandang dikosongkan dan sebelum memasukkan ayam ke dalam kandang peternakan ayam.
Agen penyebab penyakit yang harus diwaspadai dalam suatu peternakan ayam terutama virus, bakteri, jamur, dan parasit. Kepada para pelaku bisnis peternakan ayam, dianjurkan untuk mneggunakan desinfektan yang memiliki spectrum aktivitas yang luas. Namun alangkah lebih baik lagi jika dapat mengidentifikasi agen pathogen yang ingin kita hilangkan. Sehingga dapat dipilih disinfektan yang benar benar efektif. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pembersihan seluruh bangunan /kandang sebelum didesinfeksi. Tujuan perlakuan ini adalah untuk menghilangkan fisik bahan organik, seperti kotoran , darah, pakan, dan sisa sisa karkas. Karena jika tidak dibersihkan, agen penyakit akan terlindungi oleh bahan organik ini dan dapat bertahan hidup selama proses desinfeksi kandang unggas ataupun kandang lainnya.
Bersihkan kandang dari pakan, litter dan kotoran. Kemudian sikat lantai, didinging dan bagian kandang kandang hingga mongering. Jika dilakukan dengan benar, pembersihan yang baik dapat menghilangkan 90% pathogen.
Terdapat beberapa jenis desinfektan dan harus dipilih yang efektif terhadap agen penyakit yang ditargetkan. Jenis desinfektan yang dapat digunakan antara lain:
  • Aldehydes ( formaldehyde, glutaraldehyde)
  • Chlorine – releasing agen (( sodium hipochlorit, chlorine dioxide)
  • Iodophors ( povidone iodine)
  • Phenol
  • Quertenary ammonium compous
  • Peroxygens ( hydrogen peroxide)

Sensitifitas agen penyebab penyakit terhadap berbagai macam desinfektan berbeda – beda. Umumnya desinfrektan efektif terhadap bakteri, virus, dan jamur. Sedikit sekali desinfektan efektif terhadap parasit. Bakteri yang membentuk spora lebih sulit dihancurkan oleh desinfektan daripada virus.
Untuk parasit seperti kutu, tungau & endoparasit sebaiknya menggunakan insektisida atau parasitidal. Selain bahan organic, factor lain yang dapat mempengaruhi efektivitas desinfektan adalah suhu, pH, dan pemakaian sabun atau detergen.
Oleh karena itu , salah satu kunci kesuksesan biosecurity adalah melakukan pembersihan dan desinfeksi kandang yang baik dan benar. Gunakan desinfektan yang tepat untuk agen penyakit yang ingin dibasmi secara tepat sehingga penyakit dapat dibasmi dan peternakan tetap sehat.

Penyebab Kandang Ayam Menjadi Bau


Kandang ayam dapat menjadi bau dikarenakan berbagai hal, salah satunya adalah karena kotoran ayam yang basah. Masalah bau pada peternakan ayam seringkali menjadi pengganggu, baik terhadap lingkungan sekitar maupun terhadap kesehatan ayam itu sendiri. Bila dibiarkan terus menerus, maka bau tidak sedap ini akan menimbulkan penyakit respirasi. Bila sudah terjadi hal demikian maka peternakan ayam kita terancam gagal panen. Selain itu lingkungan sekitar kandang ayam juga menjadi tidak nyaman.
Bau pada kandang ayam ini disebabkan oleh adanya kandungan ammonia pada kotoran ayam. Beberapa peternak sudah mencoba berbagai cara untuk mengurangi kadar bau tersebut. Diantaranya dengan sering mengganti sekam , dan juga selalu menjaga kebersihan kandang ayam. Akan tetapi hal itu tentunya juga akan menimbulkan masalah baru buat peternakan unggas komersil, karena dengan lebih seringnya sekam diganti otomatis harus ada biaya tambahan lagi. Dan tentu saja biaya yang dibutuhkan itu juga tidak sedikit.
Kotoran pada kandang ayam yang menimbukan bau tidak sedap tersebut umumnya berasal dari kotoran ayam yang basah dan lembek serta mengandung kadar air yang tinggi. Dalam dunia peternakan unggas dikenal dengan istilah wet dropping. Nah kira kira apa saja sih yang bisa menimbulkan kotoran basah penyebab bau tidak sedap pada kandang ayam tersebut?
beberapa penyebab terjadinya  wet dropping / kotoran yang  basah pada kandang ayam:
Manajemen kandang  yang kurang bagus dapat memicu kotoran ayam menjadi basah, seperti   kelalaian pengontrolan suhu, kelembaban, dan densitas (kepadatan) ayam di dalam kandang akan menyebabkan ayam menghadapi stres panas sehingga ayam lebih banyak minum dibandingkan makan. Akibatnya feses yang dikeluarkan konsistensinya lebih cair.
Tingginya konsentrasi mineral seperti natrium, kalium, magnesium, dan klorin dapat mengakibatkan asupan air yang berlebihan. Selain itu pemakaian formulasi pakan yang kaya akan serat terutama sumber bahan pakan karbohidrat bukan pati (NSPs) dapat meningkatkan perlekatan makanan dalam saluran pencernaan sehingga lebih banyak cairan yang keluar.
Pakan yang mengandung jamur dapat memicu timbulnya mikotoksin terutama jenis aflatoxin dan T-2, sehingga berdampak pada iritasi saluran pencernaan serta menyebabkan terjadinya kasus wet dropping.  Sementara itu mikotoksin jenis ochratoxin A, citrinin, dan oosporin dapat menyebabkan perubahan fungsi ginjal seperti terjadinya polyuria (produksi urin yang berlebihan) sehingga feses menjadi basah yang akhirnya menurunkan feed intake.
Dengan mengetahui beberapa penyebab yang dapat  menimbulkan bau padakandang ayam, dimaksudkan supaya penyebab  tersebut dapat dibenahi sehingga permasalahan bau kandang  dapat diatasi. Dengan lingkungan kandang yang bersih serta ayam yang sehat maka profit peternakan ayam diharapkan dapat meningkat.

Penyakit Leptospirosis


Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira sp. Penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Leptospirosis dikenal juga dengan nama demam pesawah, demam lumpur, dan tifus anjing. Bakteri ini biasanya dibawa oleh tikus, babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai, dan landak.

Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Siti Noor Zaenab mengatakan, dana tersebut nantinya digunakan untuk pembelian obat bagi penderita leptospirosis, obat pembasmi tikus, dan pelatihan bagi para medis dalam penanganan penderita leptospirosis.

"Untuk obat tikus pengadaan dilakukan oleh Dinas Pertanian Kehutan dan Peternakan, sedangkan obat bagi pasien dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan," katanya, Kamis, 27 Januari 2011.

Noor Zaenab mengatakan, sebanyak tiga dokter telah diberi pelatihan untuk setiap puskesmas dan juga penyuluhan kepada warga.

Bupati Bantul Sri Suryawidati mengatakan, bagi penderita leptospirosis yang dirawat di rumah sakit belum ada kebijakan pembebasan biaya. Masyarakat miskin masih dapat menggunakan Jaminan Kesehatan Sosial atau Jaminan Kesehatan Masyarakat. Namun jika tidak punya, maka dapat mengajukan bantuan ke Dinas Sosial. Sebanyak 6 orang tewas akibat penyakit ini.
sumber : vivanews

TINDAKAN-TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT


Pencegahan penyakit  ternak pada prinsipnya terdiri dari dua komponen, yaitu tindakan sanitasi dan vaksinasi. Tindakan sanitasi sendiri secara berurutan terdiri atas tindakan dekontaminasi dan desinfeksi.  Desinfeksi dengan penggunaan desinfektan yang tidak didahului dengan dekontaminasi menyebabkan ketidakefektifan tindakan sanitasi.

Penghapushamaan (Dekontaminasi)  dan Deisinfeksi Kandang serta Peralatan
Dekontaminasi didefinisikan sebagai proses fisik untuk menghilangkan bahan-bahan biologis dan anorganik dari permukaan suatu bangunan, termasuk kandang dan peralatan. Sedangkan desinfeksi merupakan proses penghancuran organisme patogenik. Jadi dekontaminasi yang menyeluruh digunakan untuk mencapai desinfeksi yang efektif. Dekontaminasi merupakan upaya untuk membersihkan seluruh bagian kandang dan peralatan dari kotoran-kotoran yang menempel dengan jalan mencuci bersih menggunakan deterjen atau dengan mengapur dinding kandang sebagai persiapan desinfeksi kandang dan peralatan.
Desinfektan dan Antiseptika
Desinfektan adalah preparat kimia yang digunakan untuk desinfeksi kandang dan peralatan, guna membasmi mikroorganisme, khususnya mikroorganisme yang membahayakan. Preparat ini tersedia secara komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen. Desinfektan digunakan untuk barang-barang tak hidup, misal : ruang operasi, kandang alat-alat operasi dan sebagainya.
Antiseptika adalah semua senyawa yang dapat membunuh atau mencegah perkembangan mikroorganisme. Antiseptika biasanya digunakan untuk jaringan hidup. Konsentrasi antiseptika biasanya rendah, guna menghindari kerusakan jaringan. Kadar antiseptika yang tinggi dapat membunuh sel-sel bakteri maupun jaringan hidup yang terkena. Konsentrasi antiseptika yang rendah hanya cukup untuk menghambat perkembangbiakan jasad renik, sehingga bersifat bakteriostatik.
Pengetahuan tentang desinfektan dan antiseptika perlu dikembangkan, karena tidak semua desinfektan atau antiseptika dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan atau antiseptika  tertentu hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan  atau antiseptika ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan atau antiseptika dituntut  bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan atau antiseptika.
Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan  karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Desinfektan dan  antiseptika berbeda dengan antibiotik, karena desinfektan dan antiseptika memiliki toksisitas selektif yang rendah, keduanya bersifat toksik tidak hanya pada mikroba patogen tetapi juga terhadap sel inang. Oleh karena itu,  desinfektan  hanya digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada lingkungan mati, sedangkan antiseptika mungkin hanya digunakan pada jaringan hidup terbatas pada permukaan kulit
 Sifat-sifat penting Desinfektan dan Antiseptika
Beberapa sifat-sifat penting antiseptika dan desinfektan,  antara lain :
  • Harus memiliki sifat antibakterial yang luas.
  • Tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia.
  • Memiliki sifat racun yang rendah, tidak berbahaya bagi manusia maupun ternak.
  • Memiliki daya tembus yang tinggi.
  • Tetap aktif meskipun terdapat cairan tubuh, darah, nanah dan jaringan yang mati.
  • Tidak mengganggu proses kesembuhan.
  • Tidak merusak alat-alat operasi, lantai kandang dan dinding.
  • Tidak menimbulkan warna yang mengganggu pada jaringan yang dioperasi.
  • Harga murah, karena biasanya diperlukan dalam jumlah yang besar.
Desinfektan, selain memiliki sifat-sifat tersebut di atas, maka harus memiliki juga sifat-sifat berikut :
  • Mampu menembus rongga-rongga, liang-liang, maupun lapisan jaringan organik, sehingga memiliki efek mematikan mikroorganisme yang lebih tinggi.
  • Harus bisa dicampur dengan air, karena air merupakan pelarut yang universal dan dengan senyawa-senyawa lain yang digunakan untuk desinfeksi.
  • Harus memiliki stabilitas dalam jangka waktu yang panjang.
  • Efektif pada berbagai temperatur. Walaupun desinfektan daya kerjanya akan lebih baik pada temperatur tinggi, namun desinfektan yang bagus adalah desinfektan yang daya kerjanya tidak menurun jika temperaturnya menurun. Pada umumnya desinfektan bekerja baik pada temperatur di atas 650F. Klorin dan Iodifor sebagai desinfektan bekerja baik tidak lebih dari 1100F.
Pada usaha peternakan, desinfektan digunakan untuk mencegah ataupun mengendalikan penyakit infeksi. Desinfeksi terhadap kandang, bangunan-bangunan dan alat-alat peternakan dapat mencegah timbulnya penyakit menular. Pada saat bedah bangkai dan penguburan hewan mati karena penyakit menular, desinfektan juga banyak digunakan guna mencegah penularan penyakit  Pada peternakan sapi perah, antiseptika digunakan untuk mencegah penyakit radang ambing atau mastitis. Larutan antiseptika juga dipakai untuk mencuci alat-alat yang berhubungan dengan proses pengolahan susu, misalnya kaleng susu, botol, ember, tangki dan sebagainya.
Diperlukan pertimbangan konsentrasi dan waktu kontak desinfektan yang cukup, sehingga penggunaan desinfektan menjadi aman, efisien dan efektif. Penggunaan konsentrasi yang terlalu tinggi dan kontak waktu yang terlalu lama menyebabkan desinfektan menjadi tidak praktis, mahal, membakar kulit dan berbahaya bagi ternak. Perlu dipertimbangkan pula aktivitasnya dalam melawan bakteri, virus, fungi dan protozoa, misalnya 4% asam asetat bisa membunuh virus PMK, namun tidak membunuh Mycobacterium paratuberculosis, yang merupakan penyebab John Disease. Label produk harus dicek tanggal kadaluwarsanya, karena penggunaan desinfektan yang kadaluwarsa menyababkan tidak efektif lagi untuk mendesinfeksi. Waktu kontak kebanyakan desinfektan berkisar antara 20 menit sampai dengan 30 menit.
 Macam-macam Desinfektan dan Antiseptika
 Desinfektan dan antiseptika  bisa digolongkan berdasarkan cara fisis dan kimiawi. Secara fisis, yang penting adalah penggunaan panas dan sinar. Panas dapat diperoleh dengan dilewatkan melalui pemanas atau dengan air yang dipanaskan, kemudian disemprotkan ke tempat yang disucihamakan. Jenis sinar yang digunakan dalam sterilisasi adalah sinar ultraviolet dan sinar gamma. Di Indonesia, kecuali untuk peternakan ayam, secara fisis di atas hanya dilakukan dengan menggunakan air panas, selain murah dan gampang dilakukan, juga memiliki kelebihan lain yaitu air dapat memasuki lubang-lubang kecil.
Desinfektan bisa digunakan dengan variasi cara, antara lain : spray, sabun, aerosol atau fumigan.
Secara kimiawi, terdapat beberapa jenis senyawa desinfektan yang tersedia secara komersial dengan karakteristik pemakaian tertentu, yaitu :
  • Kresol, merupakan biosida yang murah dan efektif bila digunakan untuk bangunan dan tanah, termasuk dinding kandang dan peralatan kandang, Bersifat korosif, toksik  pada konsentrasi tinggi dan meninggalkan warna. Senyawa ini tidak boleh digunakan pada kandang yang di dalamnya ada ternak hidup, telur atau daging yang diproses, karena dapat mengakibatkan kontaminasi pada produk-produk tersebut dan bersifat toksik pada manusia dan ternak. Desinfektan ini sangat efektif mengatasi jamur, virus, bakteri, karena mampu mematikan mikroorganisme tersebut.
  • Fenol organik, cocok digunakan untuk tempat penetasan (hatchery) dan untuk desinfeksi peralatan di dalamnya. Fenol ektif melawan bakteri, virus dan fungi, termasuk bakteri penyebab Tuberkulosis dan John’s  Disease serta virus PMK. Fenol dan beberapa senyawa fenolik mempunyai kegunaan sebagai antiseptika, desinfektan atau bahan pengawet.
  • Amonium kuarterner, dianjurkan untuk mendesinfeksi  kandang, peralatan dan tempat penetasan Senyawa ini memiliki dua bagian pada struktur kimianya, satu bagian bersifat hidrofilik dan bagian lain bersifat hidrofobik. Desinfektan ini efektif melawan bakteri gram negatif maupun positif, fungi, virus, tetapi tidak efektif melawan virus PMK ataupun Mycobacterium paratuberculosis, bakteri penyebab John’s Disease. Keberadaan materi organik, seperti feses akan menurunkan aktifitasnya. Desinfektan ini tergolong mudah larut dalam air, sangat efektif menghilangkan bau-bauan, daya kerja tinggi dan tidak berefek pada kulit manusia, meskipun juga menyebabkan karat. Keunggulan lain dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Kelemahan desinfektan ini adalah menyebabkan karat dan memiliki sifat racun yang tinggi
  • Klorin, banyak digunakan di rumah potong, disamping itu pula digunakan untuk menjernihkan air pada peternakan, air minum, sanitasi telur, desinfeksi abattoir (RPH) dan RPA serta kandang ayam. Kaporit atau hipoklorit sering untuk sanitasi sapi perah dan lebih aktif dalam air hangat. Efektif melawan bakteri, banyak virus, terutama parvovirus. Bisa dicampur dengan sabun, tetapi jangan dicampur asam. Aktivitasnya yang kuat menurun dengan adanya materi organik, terutama amoniak atau senyawa-senyawa amino. Desinfektan ini termasuk golongan halogen keras yang bisa mematikan bakteri, virus dan jamur dalam waktu relatif singkat. Kelemahan desinfektan ini adalah mudah menyebabkan perkaratan pada peralatan yang berasal dari bahan metal serta dapat merusak kulit manusia. Larutan chlorin efektif sebagai bakterisidal yang digunakan dalam kolam renang. Khlor (Cl2} dalam air membentuk asam hipoklorit (HOCl) dan asam Hidrokhloride (HCl) dengan reaksi : Cl2 +   H2O ↔ HOCl. Asam HOCl selanjutnya berperan sebagai desinfektan, bereaksi  dengan bervariasi senyawa, baik dengan senyawa anorganik maupun organik atau terurai menjadi menjadi ion H+ dan OCl-, dengan reaksi : HOCl     →    H+ +  OCl- Derajat ionisasi dipengaruhi oleh pH. Ionisasi terjadi pada pH asam sampai netral, sedangkan pada pH alkalis,  ionisasi akan dihambat.
    • Formalin/formaldehid,  cocok untuk fumigasi telur yang terdapat di dalam almari yang dirancang khusus dan harus hati-hati terhadap petugas yang menggunakannya, karena formalin  merupakan senyawa korosif dan bersifat karsinogenik. Keunggulan dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Gas dapat diperoleh dengan jalan mencampur  Kalium Permanganat dengan formalin. Supaya efektif, maka fumigasi dilakukan pada suhu 30o – 60oC dan kelembaban di atas 75%. Fumigasi ini sangat efektif untuk desinfeksi kandang ayam, dengan syarat kandang dikosongkan, seluruh sela-sela ditutup tirai plastik cukup rapat, dan didiamkan selama 3 - 5 hari. Kandang akan terbebas dari bakteri, jamur dan virus yang mungkin bisa menyebabkan wabah penyakit.
  • Iodofor, bisa digunakan sebagai antiseptika dan desinfektansia. Iodofor adalah kombinasi iodine dan agen-agen yang larut di dalamnya. Iodofor akan membebaskan iodin bebas jika dilarutkan dalam air. Iodofor merupakan desinfektan yang baik, namun tidak efektif bila ada senyawa organik. Sifat Iodofor kurang toksik dibandingkan desinfektan yang lain. Kekurangannya adalah meninggalkan bekas warna pada pakaian dan permukaan yang lain. Iodine bebas bersifat toksik pada kulit, sehingga dalam penggunaannya Iodine dikombinasikan dengan senyawa organik yang lain dan disebut Iodophor. Contoh Iodophor adalah povidone-iodine (Betadine) yang sering digunakan sebagai antiseptik di rumah sakit.  Iodophor merupakan desinfektan yang termasuk golongan halogen.  Bahan ini merupakan sintetis dari yodium dan zat organis yang memiliki kemampuan mikrosidal. Desinfektan ini cocok untuk mengatasi semua bakteri gram positif maupun gram negatif, virus dan jamur. Pada konsentrasi 50 – 75 ppm digunakan sebagai desinfektan pada inkubator,  kandang ayam dan RPA. Pada konsentrasi 12,5 – 25 ppm untuk sanitasi telur. Pada konsentrasi yang lebih rendah dari 12,5 ppm digunakan untuk antiseptika, dan dicampurkan dalam air minum ayam.
Dikenal juga  berbagai antiseptika dan desinfektan  bersifat asam, antara lain :
  • Asam anorganik, HCl dan H2SO4 0,1 N telah dipakai untuk desinfeksi ruangan yang tercemar tinja. Keduanya korosif, sehingga tidak dianjurkan. Asam borat 2 – 5% digunakan untuk jaringan kulit. Bersifat tidak merangsang jaringan, namun daya mematikan jasad reniknya tidak besar.
  • Asam organik, seperti asam salisilat dan benzoat banyak dipakai sebagai salep. Bersifat germisid lemah, melunakkan tanduk dan dapat membunuh jamur.
Beberapa alkali juga bisa digunakan untuk desinfeksi. Contoh-contoh alkali yang bisa berperan sebagai desinfektan, antara lain :
  • Caustic soda/ NaOH (sodium hydroxide), sangat aktif jika dicampur dengan air panas, namun bersifat merusak cat, plitur dan tekstil. Perlu melindungi diri pada saat penggunaan, dengan  pakaian, sarung tangan, sepatu karet.
  • CaO (lime/Quiclime) atau gamping, jika ditambah dengan air maka CaO menjadi Ca(OH)2, yang bersifat melarutkan kuman. Gamping banyak dipakai untuk lantai maupun halaman. Apabila berlebihan, akan merusak kuku babi, kambing maupun sapi. Gamping tidak bisa membunuh spora kuman anthrax dan Clostridium. Ca(OH)2 di dalam air dengan perbandingan 1 : 4, menghasilkan milk of lime, digunakan untuk desinfeksi lantai tercemar tinja dan guna mencapai hasil yang memuaskan, maka penggunaan minimal 2 jam. Larutan campuran CaO dengan belerang yang direbus, bisa dipakai sebagai pembunuh parasit.
  • Khlorhexidine (Nolvasan-S), merupakan sediaan khlor sintetik, alkalis dan mudah larut dalam air serta tidak bersifat toksik. Secara luas bersifat virusidal, terutama terhadap penyebab rabies,  efektif melawan bakteri gram positif  maupun negatif. Daya kerja tidak dipengaruhi oleh darah, nanah, percikan air susu dan cairan jaringan. Khlor sintetik dipakai untuk desinfeksi alat-alat pemerahan dan ambing. Larutan 0,2 – 5%, digunakan untuk  teat dipping. Kadang-kadang khlorhexidine dikombinasi dengan surfaktan, zat warna atau bahan lain, misal : gliserin.  Sediaan khlor yang juga banyak dipakai, antara lain : sodium dan kalsium hipoklorit, kaporit, khloramin-T dan iodine monokhloride.
 Keampuhan Antiseptika dan desinfektansia
Antiseptika dan desinfektansia sebagai bahan antimikrobial memiliki kekuatan keampuhan membunuh bakteri tertentu. Guna mengetahui keampuhan bahan antimikrobial seringkali digunakan istilah koefisien fenol, yaitu keampuhan antimikrobial tertentu yang dibandingkan dengan keampuhan yang dimiliki fenol.  Koefisien fenol kurang dari satu, berarti antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya koefisien lebih besar dari satu, menunjukkan bahwa antimikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol.
Hasil penelitian Rahayu (2006), menunjukkan bahwa keampuhan alkohol, etanol 70% terhadap bakteri penyebab mastitis, yaitu  Staphylococcus aureus, cukup besar, yaitu 4 kali kekuatan fenol. Tabel 2.1., meyajikan hasil uji koefisien fenol sensitifitas etanol 70% terhadap  Staphylococcus aureus.
Tabel 2.1. Hasil Uji Koefisien Fenol Sensitifitas Etanol 70% Terhadap       Staphylococcus aureus

Pengenceran
5 menit
10 menit
15 menit
Alkohol 70%1 : 300
1 : 350
1 : 400
1 : 450
HidupMati
Mati
Mati
MatiMati
Mati
Mati
MatiMati
Mati
Mati
Fenol1 : 90
1 : 100
HidupHidup
HidupMati
MatiMati
Sumber : Rahayu (2006)
Kekuatan etanol dalam membunuh Staphylococcus aureus jauh lebih besar daripada fenol. Etanol menunjukkan aktivitas antimkroba yang cepat dengan spektrum luas melawan bakteri vegetatif, virus, jamur, tetapi tidak sporosidal. Sel Staphylococcus aureus sebagai penyebab mastitis tidak memiliki spora sehingga akan mati dengan pemberian etanol.
Diperlukan pertimbangan konsentrasi dan waktu kontak yang cukup pada penggunaan desinfektan, sehingga penggunaan desinfektan menjadi aman, efisien dan efektif. Penggunaan konsentrasi yang terlalu tinggi dan kontak waktu yang terlalu lama menyebabkan desinfektan menjadi tidak praktis, mahal, membakar kulit dan berbahaya bagi ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etanol dengan konsentrasi 70 % secara  efektif bisa digunakan untuk dipping puting sapi perah post pemerahan guna mencegah kejadian mastitis, dengan lama pencelupan 10 menit. Pada penggunaan etanol 90%, zone hambat terhadap Staphylococcus aureus lebih kecil dibandingkan etanol 70%. Hal ini berkaitan dengan aktivitas katalitik air yang menurun, karena jumlah air dalam larutan berkurang pada etanol 90%. Etanol dengan konsentrasi di bawah 50% tidak efektif membunuh bakteri Staphylococcus aureus.
 Level kaporit yang menghasilkan daya hambat tertinggi terhadap Staphylococcus aureusdicapai pada  level 60 ml/L, yang merupakan konsentrasi tertinggi dalam percobaan.  Sedangkan pada Iodofor, dicapai pada level 10 ml/L, yang merupakan level terendah dari perlakuan yang dicobakan. Iodofor 10 ml/L menghasilkan daya hambat yang tertinggi terhadap Staphylococcus aureus, karena pada konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi yang paling efektif bagi Iodophor   sebagai antiseptik pada kulit puting dan bekerja dengan cara inaktivasi protein mikroba. Pada level Iodophor yang lebih tinggi dari 10 ml/L daya hambat Iodophor terhadap Staphylococcus aureus menurun. Hal ini disebabkan konsentrasi antiseptika yang tinggi akan mengurangi jumlah air, padahal air memiliki peran aktivitas katalitik terhadap denaturasi protein mikroba.
Selain desinfektan dan antiseptika, beberapa istilah yang berkaitan dengan desinfektan dan antiseptika harus diketahui, antara lain :
  • Bakterisid, merupakan bahan kimia yang mempunyai daya kerja mematikan sel-sel bakteri.
  • Mikrobisid, merupakan bahan kimia yang daya kerjanya mematikan lebih dari satu macam mikroorganisme, misalnya bakteri, virus, protozoa, dsb.
  • Bakteriostat, merupakan bahan kimia yang hanya menghambat perkembangan bakteri, jadi tidak mematikan bakteri.
  • Sanitaiser, merupakan bahan kimia yang dapat menekan jumlah bakteri pada suatu lingkungan tertentu, sehingga lingkungan tersebut aman dari serangan penyakit. Sanitaiser tidak mematikan semua bentuk mikroorganisme yang berada di permukaan, tetapi hanya membatasi perkembangbiakannya sehingga sumber penyakit tersebut tidak mampu menimbulkan infeksi.
Vaksin dan Vaksinasi
Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang diperoleh dari agen menular pada ternak sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular tersebut.
Vaksin diklasifikasikan menjadi dua klas, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi (keganasannya). Pengurangan virulensi dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya : Vaksin kolera unggas (Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan yang kekurangan zat makanan.
Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies yang tidak sesuai untuk tumbuhnya, contoh : virus rinderpest yang patogen terhadap sapi, dilemahkan dengan menumbuhkannya pada kambing. Cara etenuasi lainadalah menumbuhkan virus mamalia pada telur atau menumbuhkan pada telur lain jenis, misalnya :virus influenza pada ayam dilemahkan pada telur burung dara. Cara etenuasi yang umum adalah dengan memperpanjang masa pembiakannya di jaringan pembiak. Meskipun jaringan pembiak dapat diperoleh dari berbagai jenis, umumnya menggunakan sel biakan dari jenis hewan yang akan divaksinasi guna mengurangi efek samping akibat pemasukan jaringan asing.
Baik vaksin hidup maupun vaksin mati memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihannya vaksin hidup merupakan kekurangannya vaksin mati dan sebaliknya kekurangannya vaksin hidup merupakan kelebihannya vaksin mati.
 Beberapa kelebihan vaksin hidup :
  • Kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin hidup sama dengan kekebalan yang diperoleh karena infeksi alami.
  • Merangsang pembentukan antibodi yang lebih tahan lama dan juga memberi perlindungan pada pintu-pintu masuk antigen.
·        Tidak perlu adjuvan
 Beberapa kekurangan vaksin hidup, antara lain :
  • Bahaya pembalikan menjadi lebih virulen selama multiplikasi antigen dalam tubuh ternak yang divaksin.
  • Penyimpanan dan masa berlaku vaksin yang terbatas.
  • Diperlukan stabilisator dalam penyimpanan.
  • Tingginya resiko tercemar dengan organisme yang tidak diinginkan.
Beberapa kelebihan vaksin mati, antara lain :
  • Tidak menyebabkan penyakit akibat pembalikan virulensi.
  • Mantap dalam penyimpanan.
 Beberapa kekurangan vaksin mati, antara lain :
  • Perlu perhatian yang luar biasa pada saat pembuatan guna memastikan bahwa tidak tersisa virus virulen aktif di dalam vaksin.
  • Kekebalan berlangsung singkat, sehingga harus ditingkatkan kembali dengan pengulangan vaksinasi yang mungkin menimbulkan reaksi-reaklsi hipersensitifitas.
  • Pemberian secara parenteral memberikan perlindungan yang terbatas.
  • Resistensi lokal pada pintu-pintu masuk alamiah/multiplikasi utama infeksi virus tidak terjadi.
  • Memerlukan adjuvan untuk meningkatkan antigenisitas yang efektif.
Kegagalan Vaksinasi
Perlu diingat bahwa vaksinasi adalah salah satu program pengendalian penyakit pada ternak yang bertanggung jawab terhadap kerugian ekonomis yang cukup tinggi apabila dalam pelaksanaanya ternyata menemui kegagalan. Adanya kegagalan vaksinasi menyebabkan angka pesakitan (morbiditas) ternak tang tinggi, penurunan produksi dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan.
Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan vaksinasi antara lain:
  1. Vaksin. Pembatasan life span (masa berlaku) vaksin yang sudah lewat atau kadaluwarsa menyebabkan vaksin tidak berguna apabila digunakan karena tidak akan menghasilkan imunitas yang diharapkan. Apabila temperatur pada saat penyimpanan dan transportasi vaksin di atas 4 derajat celcius, maka vaksin akan kehilangan potensinya. Demikian pula vial dan bahan asal vial yang tidak memenuhi syarat. Bahan pengencer yang disediakan berkualitas rendah. Seringkali digunakan bahan pengencer berupa air sumur, air destilasi atau garam fisiologis, hal ini tidak dibenarkan. Perlu dicatat bahwa bahan pengencer yang digunakan adalah yang telah disediakan oleh pabrik pembuat vaksin. Bahan pengencer tidak boleh dicampur atau ditambahkan zat apapun.
  2. Cara Vaksinasi. Secara khusus dosis dan cara/route pemberian vaksin tertentu sudah ditetapkan oleh produsen pembuat vaksin. Apabila hal tersebut dilakukan tidak sesuai aturan maka terjadilah kegagalan vaksin. Jarum suntik dan dropper yang tidak steril dan tidak stabil akan mengurangi potensi vaksin. Salah dosis, kekurangan dosis vaksin akan menimbulkan imunitas yang kurang. Kelebihan dosis akan menimbulkan immunotolerant dan harga vaksin menjadi mahal. Bahan pengencer yang tidak steril menjadikan vaksin tidak murni lagi. Kadang-kadang peternak menggunakan bahan pengencer berupa air ledeng yang mengandung chlorin, sehingga vaksin kurang menghasilkan potensi antigenisitasnya dan menyebabkan timbulnya antibodi yang kurang. Route pemberian vaksin yang sering digunakan antara lain : intra muskuler (injeksi serabut otot), tetes hidung (intra nasal), tetes mata (intra oculer), subkutan (di bawah kulit). Route pemberian vaksin harus dilakukan sesuai petunjuk produsen vaksin. Kesalahan route pemberian vaksin menyebabkan potensi imunitas yang dihasilkan kurang memuaskan. Jadwal pemberian vaksin seringkali tidak diperhatikan peternak. Beberapa vaksin harus diulang pemberiannya dan dikenal dengan istilah booster. Apabila rangkaian pemberian vaksin yang mungkin terdiri dari booster I dan booster II dan seterusnya tidak lengkap dilakukan , maka imunitas yang diharapkan tidak akan tercapai.
  3. Antibodi Maternal. Antibodi maternal adalah antibodi yang berasal dari induk yang diturunkan kepada anak, kalau pada ayam melalui kuning telur pada waktu telur masih ada di ovarium. Kegunaan antibodi tersebut adalah untuk ketahanan tubuh anak terutama pada awal-awal kehidupannya. Antibodi ini diperoleh secara pasif. Vaksinasi yang dilakukan pada saat antibodi maternal masih ada dalam darah sirkulasi, artinya belum secara total dikatabolisme, maka vaksin yang diberikan akan percuma, karena dinetralisir oleh antibodi maternal. Hasil penelitian Zalizar dan Rahayu (1997), menunjukkan bahwa setelah pemberian vaksin ND La Sota ke-I pada ayam umur 8 hari, titer HI (Hemaglutinasi Inhibisi) menurun sangat drastis sampai 78,75% dari antibodi maternalnya, hal ini disebabkan masih ada campur tangan antibodi maternal terhadap keberhasilan vaksinasi. Titer HI setelah pemberian vaksin ND La Sota ke-II, yaitu pada umur 18 hari, ternyata jauh lebih tinggi daripada titer HI vaksinasi ke-I. Demikian pula titer HI setelah vaksinasi ke-tiga, pada umur 28 hari, lebih tinggi daripada titer HI vaksinasi ke-I dan ke-II.  Antibodi maternal secara efektif mencegah keberhasilan vaksinasi sampai antibodi tersebut habis, yaitu sekitar 10 – 20 hari setelah ayam menetas.
  4. Cold Storage (pendingin). Vaksin harus dipertahankan tetap dingin dari mulai dikeluarkan oleh pabrik pembuat sampai pada saat akan diberikan kepada ternak. Vaksin dan bahan pengencer kadang-kadang menjadi satu tempat, akan tetapi kadang juga terpisah dengan temperatur penyimpanan yang berbeda, hal ini tergantung dari pabrik pembuat vaksin. Tindakan yang lebih hati-hati adalah apabila selama transportasi vaksin ditempatkan di ice box sehingga temperatur yang rendah dapat selalu dipertahankan.  
  5. Kemampuan Membangun Antibodi. Vaksin yang diberikan akan berhubungan langsung dengan status imun ayam yang menerima vaksin. Immunocompetence adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan kemampuan membangun antibodi yang dimiliki oleh ternak. Immunocompetence sangat dipengaruhi oleh faktor kongenital (bawaan lahir) dan faktor lingkungan. Faktor kongenital yang banyak berperan adalah organ-organ limfoid, yang terdiri atas : bursa fabricius pada ayam, thymus, lien yang akan menghasilkan sel-sel limfosit. Bursa fabricius merupakan tempat pendewasaan dan deferensiasi sel-sel limfosit B yang berperan dalam antibodi humoral, sedangkan thymus berperan sebagai tempat pendewasaan sel-sel limfosit T yang berperan bagi pembentukan antibodi seluler. Apabila ada gangguan pembentukan antibodi oleh organ-organ limfoid di atas maka kekebalan tubuh yang terbentukpun akan terganggu. Faktor lingkungan yang berperan menentukan immunocompetence ternak adalah status nutrisi dan penyakit. Nutrisi yang jelek terutama kandungan protein yang rendah akan menurunkan immunocompetence. Temperatur yang tinggi dan tingginya curah hujan juga akan menyebabkan stress pada ternak yang akan menurunkan juga immunocompetence. Penyakit-penyakit strategis pada ayam yang sering menyebabkan hambatan imunitas (immunocompetence) adalah IBD (gumboro) dan ND.
  6. 6. Mycotoxin (racun dari jamur) dalam pakan. Adanya mikotoksin yang masuk ke dalam tubuh ternak bersama dengan biji-bijian pakan ternak akan menyebabkan keracuinan dan menurunkan immunocompetence. Mikotoksin mudah berkembang pada lingkungan dengan temperatur tinggi dan kelembaban yang tinggi pula, seperti di negara-negara tropis, termasuk Indonesia.
7.      Kontaminan pakan. Pestisida yang mencemari biji-bijian pakan diindikasikan sebagi salah satu faktor penyebab rendahnya immunocompetence. Hal ini berkaitan dengan efek pestisida yang menyebabkan limfositoksik (keracunan pada sel-sel limfosit). Hal ini akan menyebabkan kegagalan vaksinasi. Logam berat, seperti Cu, Cd dan Pb seringkali mencemari pakan. Logam-logam tersebut berasal dari limbah industri, pupuk kimia, rodentisida, asap mobil, cat dan herbisida yang mencemari udara, air dan pakan. Apabila pakan tercemar tersebut masuk ke tubuh ternak maka hal ini merupakan faktor penghambat imunitas ternak.

UpayaMengatasi Kegagalan Vaksinasi

Ada beberapa tindakan guna mengatasi kegagalan program vaksinasi, yaitu :
  • Vaksin harus diperoleh dari sumber terpercaya. Lihat batas waktu pemakaian dan pilih vaksin yang masih panjang batas waktu pemakaiannya.
  • Selama transportasi vaksin, hindarkan vaksin dari kontaminasi dan cahaya matahari. Tindakan yang paling aman adalah menyimpan vaksin dalam termos atau ice box.
  • Apabila vaksin disimpan, usahakan temperatur penyimpanan sesuai petunjuk pabrik. Baca secara hati-hati petunjuk penyimpanan. Kadang-kadang antara vaksin dengan pengencernya terpisah dan harus harus disimpan pada temperatur yang berbeda.
  • Vaksinasi dilakukan saat udara dingin, yaitu pada pagi hari atau sore hari untuk mencegah stres.
  • Monitoring kualitas pakan, jangan sampai mengandung mikotoksin, karena mikotoksin dengan kadar 30 ppb akan menunrunkan immunocompetence.
  • Pada vaksin yang dicampur air minum, maka perhitungan volume air yang digunakan harus tepat, hal ini disesuaikan dengan umur ayam dan kondisi iklim, karena konsumsi air bervariasi tergantung cuaca dan umur. Harus dihindari air yang mengandung chlor atau desinfektan. Vial vaksin harus dibuka di dalam air minum untuk menghindari kontaminasi udara.
  • Dianjurkan diberi obat cacing pada ayam grower dan finisher, kira-kira seminggu sebelum vaksinasi untuk mencapai hasil yang optimal.
  • Bisa diberikan adjuvant atau immunomodulator untuk mencapai immunocompetence yang diharapkan.  
 Sumber Bacaan :
  • Anonimous, 1998. Cleaning and Disinfection of Premises. Maintaining Livestock  Health after a Flood. Missisippi State University Extension Service.
  • Dwidjoseputro, 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan.
  • Jones, 1998. Staphylococcus aureus Mastitis : Cause, Detection and Control. Virginia-Maryland Regional College of Veterinary Medicine, Virginia Tech.
  • Murtidjo, BA., 1995. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Penerbit Kanisius.
  • Rahayu, ID., Kunci Sukses Mengatasi Kegagalan Program Vaksinasi. Poultry Indonesia, Mei – 2000.
  • Rahayu, ID., 2006. Sensitifitas Staphylococcus aureus Sebagai Bakteri Patogen Penyebab Mastitis Terhadap Antiseptika Pencelup Puting Sapi Perah. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian. Universitas Muhammadiyah Malang.
  • Rahayu, ID., 2001. Mengatasi Mikotoksin Sebagai Kontaminan Bahan Pakan Ternak. Poultry Indonesia, April 2001.
  • Smith, TW. 1997. Tsmith@poultry.msstate.cdu or msuinfo@ur.msstate.edu.
  • Shane, SM.1998. Buku Pedoman Penyakit Unggas. (Terjemahan). Alih Bahasa :  Tangenjaya dkk.. American Soybean Association.
  • Singh, B. P. & Chauban, R. S., 1999. Vaccine Failures. Poultry International. September, 1999.
  • Subronto dan Tjahadjati, 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press.
  • Tizard, 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Terjemahan Masduki Partodiredjo.. Penerbit Universitas Airlangga.
  • Zalizar, L dan Rahayu, ID., 1997. Pengeruh Pemberian Vaksin Newcastle Disease (ND) La Sota Terhadap Titer Hemaglutinasi Inhibisi (HI) pada Ayam Broiler. Laporan Penelitian. Laboratorium Kesehatan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Muhammadiyah Malang.